JAKARTA, KOMPAS.com - Suasana duka cita masih menyelimuti rumah pasangan suami istri L (54) dan A (50) di area lapak pemulung, Rawa Bebek, Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur. Dua hari sudah putri bungsunya, RI (11), berpulang ke rumah Tuhan, menyisakan sejumlah tanya.
Seiring dengan berpulangnya bocah kelas lima SD tersebut, sejumlah kenangan terselip di hati dua orangtuanya serta lima orang kakak-kakaknya. Salah satunya adalah yang tertulis rapih dalam sebuah surat pada secarik kertas. Terselip dan bertumpuk di antara buku-buku sekolahnya yang berada di sudut tas, nyaris tak tersentuh.
Kakak keempat korban adalah orang yang kali pertama menemukan sepucuk surat tersebut. Sang ibu menuturkan, penemuan surat wasiat korban bukanlah kesengajaan. Kerabat sang ayah mendapat mimpi bahwa putri bungsunya meninggalkan pesan di dalam rumahnya.
"Makanya abis itu kakak-kakaknya pada nyari. Ternyata nemu juga di dalam tasnya. Kertasnya dibikin kayak tas gitu, cakep deh," ujar sang ibu saat ditemui Kompas.com di rumah sederhananya pada Selasa (8/1/2013) siang.
Salam bahagia selalu kepada teman-teman. Alangkah senangnya jika pada ulang tahunku yang ke-21 nanti teman-teman dapat hadir memeriahkan acaraku yang tersebut. Acara tersebut diselenggarakan 21 April di rumahku Jalan Rawa Bebek, Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur jam 10.00 WIB sampai dengan jam 12.00 WIB. Salam sahabatmu (tanda tangan).
Seketika, air mata satu keluarga yang hidupnya ditopang dari hasil memulung sampah sang ayah pun tumpah. Sang kakak saling berpelukan satu sama lain menahan duka cita. Sementara kerabat lainnya ikut larut dalam kesedihan itu sambil berusaha menenangkan para saudaranya.
Sang ibunda, A, menuturkan, sepanjang sejarah berkeluarga, seluruh anaknya memang belum sempat merasakan kemeriahan pesta ulang tahun. Kondisi itu terjadi bukan tanpa alasan. Untuk hidup sehari-hari, sekeluarga hanya mengandalkan memulung yang tidak seberapa.
"Paling sering diceplokin telor sama teman-temannya di jalan, RI pulang-pulang sudah basah bau, saya ingat banget itu," lanjut sang ibu.
Kini, tak ada lagi pesta kemeriahan, tak ada lagi pesta ulang tahun dan yang pasti tak ada lagi canda tawa RI bermain bersama rekan-rekan sepermainanya. Sepucuk surat penuh harap itu pun telah diambil pihak kepolisian sebagai bukti. Yang ada hanya foto sang puteri berukuran 4R tergeletak di lantai bersemen, tanpa bingkai.
RI adalah putri bungsu dari enam bersaudara pasangan suami istri A (50) dan L (54). Mereka tinggal di lapak pemulung di Pulogebang, Cakung, Jakarta Timur.
RI diduga menjadi korban kekerasan seksual dengan luka berat pada kemaluannya. Namun sayang, belum sempat memberikan keterangan, ia menghembuskan nafas terakhir.